Kesehatan # Istilah kusta berasal dari bahasa Sansekerta, yakni kushtha berarti
kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta atau lepra
disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman
yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini
disebut Morbus Hansen.
Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit
infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa
pada saraf tepi dan mukosa dari
saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa
diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif,
menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata.infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa
“Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak
menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada
penyakit tzaraath yang digambarkan dan sering disamakan dengan kusta.”
Kusta merupakan penyakit menahun yang menyerang syaraf tepi, kulit
dan organ tubuh manusia yang dalam jangka panjang mengakibatkan sebagian
anggota tubuh penderita tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Meskipun infeksius, tetapi derajat infektivitasnya rendah. Waktu
inkubasinya panjang, mungkin beberapa tahun, dan tampaknya kebanyakan
pasien mendapatkan infeksi sewaktu masa kanak-kanak.
Tanda-tanda seseorang menderita penyakit kusta antara lain, kulit
mengalami bercak putih, merah, ada bagian tubuh tidak berkeringat, rasa
kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka, dan mati rasa karena
kerusakan syaraf tepi. Gejalanya memang tidak selalu tampak. Justru
sebaiknya waspada jika ada anggota keluarga yang menderita luka tak
kunjung sembuh dalam jangka waktu lama. Juga bila luka ditekan dengan
jari tidak terasa sakit.
Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah
yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat
tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk,
dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan
sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi
dari wanita.
Kusta tipe Pausi Bacillary atau disebut juga kusta
kering adalah bilamana ada bercak keputihan seperti panu dan mati rasa
atau kurang merasa, permukaan bercak kering dan kasar serta tidak
berkeringat, tidak tumbuh rambut/bulu, bercak pada kulit antara 1-5
tempat. Ada kerusakan saraf tepi pada satu tempat, hasil pemeriksaan
bakteriologis negatif (-), Tipe kusta ini tidak menular.
Sedangkan Kusta tipe Multi Bacillary atau disebut
juga kusta basah adalah bilamana bercak putih kemerahan yang tersebar
satu-satu atau merata diseluruh kulit badan, terjadi penebalan dan
pembengkakan pada bercak, bercak pada kulit lebih dari 5 tempat,
kerusakan banyak saraf tepi dan hasil pemeriksaan bakteriologi positif
(+). Tipe seperti ini sangat mudah menular.
Tanda Penyakit Kusta
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut yaitu:
- Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia.
- Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.
- Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus serta peroneus.
- Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
- Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit.
- Alis rambut rontok.
- Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa).
Gejala Umum Kusta/Lepra
Gejala-gejala umum pada kusta / lepra, reaksi :
- Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.
- Noreksia.
- Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.
- Cephalgia.
- Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis.
- Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali.
- Neuritis.
- Penyebab Penyakit Kusta
Penyebab kusta adalah kuman mycobacterium leprae.
Dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora,
berbentuk batang, dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri
dari spesies Mycobacterium, berukuran panjang 1 – 8 micro, lebar 0,2 –
0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup
dalam sel dan bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah
diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam
atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan
asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan
organisme patogen (misalnya Mycrobacterium tuberculosis, Mycrobakterium
leprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis
granuloma infeksion. Mycobacterium leprae belum dapat dikultur pada
laboratorium.
Kuman Mycobacterium Leprae menular kepada manusia melalui kontak
langsung dengan penderita dan melalui pernapasan, kemudian kuman
membelah dalam jangka 14-21 hari dengan masa inkubasi rata-rata dua
hingga lima tahun. Setelah lima tahun, tanda-tanda seseorang menderita
penyakit kusta mulai muncul antara lain, kulit mengalami bercak putih,
merah, rasa kesemutan bagian anggota tubuh hingga tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
Cara Penularan Kusta
Meskipun cara penularannya yang pasti belum diketahui dengan jelas,
penularan di dalam rumah tangga dan kontak/hubungan dekat dalam waktu
yang lama tampaknya sangat berperan dalam penularan kusta.
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan
tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si
penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan
bahwa penularan penyakit kusta adalah:
Melalui sekresi hidung, basil yang berasal dari sekresi hidung
penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Timbulnya penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah dan tidak perlu ditakuti tergantung dari beberapa faktor antara lain :
1. Faktor Kuman kusta
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid) bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada kuman yang tidak utuh lagi. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja dapat menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid) bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada kuman yang tidak utuh lagi. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja dapat menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).
2. Faktor Imunitas
Sebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan (Depkes RI, 2002.
Sebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan (Depkes RI, 2002.
3. Keadaan Lingkungan
Keadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan, merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah munculnya kusta.
Keadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan, merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah munculnya kusta.
4. Faktor Umur
Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun.
Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun.
5. Faktor Jenis Kelamin
Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita, kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor fisiologis seperti pubertas, monopause, Kehamilan, infeksi dan malnutrisi akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta.
Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita, kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor fisiologis seperti pubertas, monopause, Kehamilan, infeksi dan malnutrisi akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta.
Upaya Pencegahan Penyakit Kusta
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Faktor
pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga
penularan dapat dicegah.
Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu cara
pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat
hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung
dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca
makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar
matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat
yang lembab.
Penting sekali kita mengetahui atau mengerti beberapa hal tentang penyakit kusta ini, bahwa :
- Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta.
- Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta.
- Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain.
- Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara teratur.
Penanggulangan Penyakit Kusta
Penanggulangan penyakit kusta telah banyak dilakukan dimana-mana
dengan maksud mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang
berguna, mandiri, produktif dan percaya diri. Metode penanggulangan ini
terdiri dari metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis,
rehabilitasi sosial, rehabilitasi karya dan metode pemasyarakatan yang
merupakan tujuan akhir dari rehabilitasi, dimana penderita dan
masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok tersendiri. Ketiga metode
tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan.
Di Indonesia, upaya yang dilakukan untuk pemberantasan penyakit kusta melalui :
- Penemuan penderita secara dini.
- Pengobatan penderita.
- Penyuluhan kesehatan di bidang kusta.
- Peningkatan ketrampilan petugas kesehatan di bidang kusta.
- Rehabilitasi penderita kusta.
- Sementara itu di Shandong, Penyakit kusta atau lepra bisa jadi merupakan salah satu penyakit yang ditakuti karena bisa membuat orang tersebut menjadi terkucilkan.
- Faktor gen kini bisa memberikan penjelasan mengapa ada orang yang lebih rentan terkena kusta sedangkan yang lain tidak.
Studi yang dilakukan di China dan telah dipublikasikan dalam New
England Journal of Medicine menemukan tujuh mutasi gen yang bisa
meningkatkan kerentanan seseorang terkena kusta. Hal ini bertentangan
dengan apa yang selama ini dipercaya oleh para ahli bahwa kusta bukanlah
penyakit yang diwariskan atau turunan.
“Selama ini orang mengira penyebaran penyakit kusta karena faktor
penularannya, tapi studi kami membuktikan bahwa hal tersebut dipengaruhi
oleh faktor genetika. Jika orangtuanya memiliki penyakit kusta, maka
sangat mungkin si anak juga kena,” ujar peneliti Zhang Furen dari
Institute of Dermatology and Venereology, Provinsi Shandong di timur
laut China, seperti diberitakan dari Reuters.
Selain itu didapatkan pula dalam satu pasangan yang seseorang
menderita kusta tetapi pasangannya tidak terinfeksi meskipun sudah hidup
bersama puluhan tahun. Ini membuktikan bahwa kusta bukanlah penyakit
yang menular, tapi berhubungan dengan sesuatu yang diwariskan.
“Apa yang kami temukan adalah adanya alasan internal. Kami menemukan
tujuh gen yang membuat seseorang rentan terhadap penyakit kusta,
karenanya banyak hal yang harus dilakukan dengan genetika ini,” ungkap
Zhang.
Peneliti menganalisis gen dari 706 penderita kusta dan 1.225 orang
yang tidak mengidap kusta. Didapatkan tujuh versi mutasi gen yang muncul
pada orang-orang penderita kusta. Lima diantara gen tersebut terlibat
dalam pengaturan sistem kekebalan tubuh.
Zhang menuturkan penyakit kusta memiliki masa inkubasi yang panjang
yaitu antara 8 hingga 10 tahun, setelah terjadi gejala di permukaan maka
penyakit ini akan menyebabkan kerusakan permanen. Nantinya jika
seseorang sudah diketahui memiliki kerentanan terhadap penyakit kusta,
maka bisa segera dilakukan tindakan pencegahan.
Kusta atau biasa disebut dengan penyakit Hansen disebabkan oleh
Mycobacterium leprae. Penyakit ini bisa memberikan efek pada kulit,
selaput lendir, saraf perifer dan mata.
Efek yang diakibatkan menimbulkan kerusakan saraf permanen, jadi bagi
orang yang sudah sembuh nantinya tidak bisa merasakan sakit. Sedangkan
luka yang kecil atau lecet pada jari tangan dan kaki bisa berubah
menjadi radang yang parah dan membuat kondisi hidup tidak sehat.
Meskipun kusta sudah tidak menjadi masalah yang serius di beberapa
negara maju, tapi penemuan ini sangat penting bagi negara berkembang.
Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007 ada sekitar
254.525 kasus kusta baru di daerah tropis dan sub tropis, sedangkan di
China sendiri tiap tahunnya ada 2.000 kasus baru.
Jenis Cacat Kusta
Kelompok pada cacat primer, ialah kelompok cacat yang disebabkan
langsung oleh aktivitas penyakit, terutama kerusakan akibat respons
jaringan terhadap kuman Kusta.
Kelompok cacat sekunder, cacat sekunder ini terjadi akibat cacat
primer, terutama akibat adanya kerusakan saraf (sensorik, motorik,
otonom). Kelumpuhan motorik menyebabkan kontraktur sehingga dapat
menimbulkan gangguan mengenggam atau berjalan, juga memudahkan
terjadinya luka. Kelumpuhan saraf otonom menyebabkan kulit kering dan
elastisitas berkurang. Akibatnya kulit mudah retak-retak dan dapat
terjadi infeksi sekunder.
Apakah kusta bisa disembuhkan?
“Kusta bukan
lagi penyakit misterius. Ini penyakit menular yang bisa dicegah dan
diobati. Sebenarnya kita bisa mencegah hanya dengan berperilaku hidup
bersih dan sehat,” ujar Menkes usai Pembukaan Workshop Pemberdayaan
Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dan Peresmian Gedung
Pelayanan Poliklinik Kusta Terpadu dalam rangka Peringatan Hari Kusta
Sedunia ke-60, di Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala, Tangerang.
Pengobatan Kusta
Regimen MDT (Obat Kombinasi) yang dianjurkan oleh WHO adalah:
- Penderita Kusta Kering (PB)
Dewasa:
Pengobatan Bulanan: Hari Pertama (dosis yang diminum di depan petugas) 2 kapsul Rifampisin dan 1 tablet Dapsone.
Pengobatan harian: Hari ke 2 sampai hari ke 28 (dibawa pulang) 1 tablet Dapsone. Penderita akan memperoleh obat MDT dari Puskesmas sebanyak 6 Blister untuk diminum selama 6-9 bulan.
- Penderita Kusta Basah (MB)
Dewasa:
Pengobatan Bulanan : Hari Pertama (Dosis yang diminum didepan petugas) 2 kapsul Rifampisin, 3 Kapsul Lampren, dan 1 tablet Dapsone
Pengobatan harian hari ke 2 sampai hari ke 28 :1 tablet Lampren dan 1 tablet Dapsone diminum setiap hari. Setiap penderita kusta type MB akan mendapatkan 12 blister obat MDT dari Puskesmas untuk diminum selama 12 bulan.
Setelah minum obat tersebut di atas maka penderita dinyatakan :Release From Treatment (RTF/Sembuh)
Demikian info kesehatan kali ini ( mengenali gejala penyakit kusta, penyebab, cara penularan serta upaya mengatasinya ), semoga bermanfaat.
Sumber : http://abuiramnews.wordpress.com/2013/10/03/mengenal-penyakit-kusta-lepra/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Perhatian!
1. Silahkan masukkan KOMENTAR ANDA di kolom komentar.
2. Berkomentarlah dengan sopan, santun dan bijak, serta tidak spam.
3. Terima kasih atas KOMENTAR dan KUNJUNGAN anda.